2.1 Posisi
dan Letak Kerajaan Malaka
Kerajaan Malaka
terletak di Semenanjung Barat Malaya yang merupakan posisi strategis dalam
perdagangan kuno masa itu sebab menghubungkan perdagangan antara dunia barat
dengan dunia timur yang melalui Selat Malaka. Akibat proses perdagangan itu
Malaka menjadi kota pelabuhan teramai abad 15. Selat Malaka merupakan lalu
lintas perdagangan terpadat masa itu. Letak Pelabuhan Malaka memang sangat
strategis dan sangat baik. Kapal dagang yang berlayar dari Laut selatan Cina
bisa dibelokkan ke pelabuhan yang aman tenteram. Sebab Malaka memberikan
jaminan keamanan kepada saudagar yang datang. Hal ini dipengaruhi pelayaran
abad 15-16 masih tergantung pada angin laut. Sambil menunggu datangnya angin
para pedagang mendapat kesempatan untuk membeli barang-barang yang datang dari
Tiongkok, India, dan Indonesia terutama rempah-rempah dari Indonesia Timur.
Yang
membangun pelabuhan Malaka ialah Parameswara seorang Raja pelarian dari Tumasik
(Singapura), Raja Parameswara menyingkir ke Muar dan bersembunyi di Malaka yang pada saat itu masih merupakan
desa kecil di pantai Barat Semenanjung Malaya dan menjadi sarang perompak,
lanun, dan nelayan. Alasan Parameswara menyingkir ke Malaka dikarenakan
ketakutan akan serangan balasan Raja Pahang yang datang ke Tumasik dengan
armadanya untuk membalaskan kematian saudaranya yang dibunuh Parameswara
(Slamet Muljana : 141). Masa ini Islam telah memberikan pengaruhnya secara
langsung bukti historisnya menurut berita dari Marco Polo tahun 1292 dalam
perjalanannya pulang ke Cina mengujungi Sumatera. Ferlec pelabuhan pertama yang
dikunjungi, Menurut Marco, daerah Perlak banyak dikunjungi oleh pedagang muslim
sehingga mereka merubah keyakinan penduduk asli dari proses jalur perdagangan,
pendidikan, perkawinan, dan tasawuh.
2.2 Perkembangan
Islam dan Pengaruhnya Terhadap Kerajaan – Kerajaan di Semenanjung Malaya
Perkembangan
Islam di Malaka bermula tahun 1403
seluruh Tiongkok dikuasai oleh Kaisar Yung-Lo dari Dinasti Ming. Sejak Yung-Lo berkuasa, ia
mulai menentramkan keadaan, memulihkan kesejahteraan rakyat dan hubungan antara
Tiongkok dengan negara-negara asing. Kaisar Yung-Lo alias Ch’eng Tsu, berusaha
memperbaiki hubungan dagang dan hubungan politik Luar Negeri. Maka diutuslah
Cheng Ho alias Sam Po Bo diserahi pelaksanaan pemulihan hubungan ke Asia
Tenggara dan Asia Barat. Utusan pertama dipimpin Laksamana Ying Ching yang
singgah di Malaka, Parameswara menggunakan kesempatan yang datang mendadak itu.
Dia menemui Yin Ching minta supaya diakui oleh kaisar Tiongkok sebagai penguasa
pantai Malaka.
Akibat pengakuan itu, ia akan memperoleh perlindungan
dan bantuan dari Tiongkok, jika Malaka pada suatu saat diserang oleh tentara
Siam. Parameswara memelihara hubungan sedekat mungkin dengan Cina tahun 1409, armada
Tiongkok dibawah pimpinan disertai Tionghoa Islam sebagai juru bahasa bernama
Ma Huan berkunjung ke Asia Tenggara. Dalam kunjungan ke Asia Tenggara itu Cheng
Ho singgah di pelabuhan Malaka untuk menunjukkan kepada Siam bahwa Tiongkok
bersahabat dengan Malaka. Cheng Ho menghadiahkan tanah genting Kra kepada Raja
Parameswara untuk dijadikan istana. Akibat saling eratnya hubungan Malaka
dengan Tiongkok tentara Siam tidak berani lagi masuk di Malaka.
Setelah Parameswara memeluk agama Islam madzhab Syafi’i
banyak rakyat Malaka yang ikut masuk Islam. Malaka menjadi Kesultanan Islam,
negara Islam pertama di Malaysia dan Kota Malaka menjadi kota dagang Islam di
Asia Tenggara. Perluasan Malaka berjalan dengan cepat, posisinya yang strategis
lebih menguntungkan daripada Palembang atau Jambi untuk mengawasi pelayaran
melalui selat Malaka. Dengan kata lain, Malaka menjadi pusat perdagangan sedang
pelabuhan-pelabuhan Sumatera hanyalah tempat expor merica. Adapun Penjelasan Raja-Raja
secara singkat yang pernah memerintah Malaka antara lain:
1. Parameswara
(Megat Iskandar Syah) 1402-1424
Megat Iskandar Syah yang menurut Tome
Pires masuk Islam usia 72 tahun meninggal tahun 1424. Masa pemerintahannya
diwarnai dengan diakuinya Malaka sebagai negara yang bersahabat dengan
Tiongkok. Dia memelihara hubungan dengan Tioongkok, tahun 1409 sebagai tindak
lanjut dari persahabatan ini Kaisar Yung-Lo mengirim utusannya bernama Cheng-Ho
untuk singgah di Malaka dan memberikan tanah genting Kra kepada Malaka. Selain
itu perkembangan Islam aliran Syafi’i berkembang luas di Malaka sebagai akibat
perkawinan Parameswara dengan Putri Pasai.
2. Sultan
Muhammad Syah (Sri Maharaja) 1424-1444
Pada tahun 1424,
setelah meninggalnya Sultan Megat Iskandar Syah, putranya Sri Maharaja, telah
diangkat sebagai pemerintah Malaka. Pada
tahun yang sama, Raja dan permaisurinya melakukan kunjungan pertama mereka ke
Cina untuk tujuan memberitahu Kaisar Cina atas meninggalnya ayahnya dan juga
pengangkatan beliau sebagai Sultan. Pada tahun 1433, Raja bersama permaisuri,
putra-putri dan adikya bernama Radin Bala beserta rombongan raja sebanyak 228
orang berangkat ke Cina mengikuti angkatan laut Cheng Ho.
3. Sri
Parameswara Dewa Syah 1444-1446
Pada pemerintahan Sri Parameswara Dewa
Syah hanya memerintah selama 2 tahun akibat menghadapi tantangan golongan Tamil
Islam dibawah pimpinan Tun Ali. Ia berhasil dibunuh oleh Raja Kassim yang
dicalonkan sebagai Sultan Malaka oleh golongan Tamil Islam.
4. Sultan
Mudzaffar Syah (Raja Kassim) 1446-1459
Masa pemerintahan Mudzaffar Syah timbul
orangl-orang kuat di Malaka yang bernama Tun Perak. Setelah Tun Perak berhasil
memukul mundur pasukan Siam di Muar Tun Perak diangkat menjadi pejabat politik
pemerintahan.
5. Sultan
Mansur Syah 1459-1477
Masa pemerintahan Mansur Syah, Tun Perak
merencanakan penyerbuan ke Pahang. Pahang yang terletak disebelah utara Malaka
menghadap ke pantai timur dijadikan perisai dalam menghadapi serangan tentara
Siam. Ditinjau dari Segi ekonomi, Pahang adalah daerah kaya raya terutama timah
dan emas. Hal ini sangat dibutuhkan kesultanan Malaka untuk pembiayaan tentara
untuk tujuan politik ekspansi. Tun Perak lebih banyak memusatkan perhatian pada
penguasaan Selat Malaka sebagai jalan lalu lintas perdagangan daripada
penyatuan Malaya. Oleh karena itu, perhatiannya ditumpahkan pada penundukan
kota-kota pelabuhan di sepanjang Selat Malaka. Jika kota pelabuhan ini berhasil
ditaklukkan Malaka akan menguasai sepenuhnya Selat Malaka dengan lalu lintas
perdagangannya.
6. Sultan
Alauddin Riayat Syah 1477-1488
Masa Alauddin Riayat Syah, sepeninggal Tun
Perak tahun 1498 yakni Tan Putih dan Tan Mutahir. Lalu Tun Putih sebagai
bendahara berhasil menundukkan, Manjong, Beruas, dan Kelantan di bawah kekuasaan
Malaka. Kemudian sepeninggal Tun Putih, bendahara Mutahir menundukkan Patani
dan Kedah. Masa pemerintahan Sultan Aluddin Riayat Syah, Malaya dipersatukan
dibawah pemerintahan Malaka dan Selat Malaka dikuasai sepenuhnya. Zaman ini
merupakan puncak kegemilangan Malaka.
7. Sultan
Mahmud Syah 1488-1528
Kota Malaka semakin berkembang dengan kedatangan
pedagang-pedagang asing setelah pengangkatan Tun Mutahir. Ini adalah karena
kebijaksanaan dan kelancaran administrasi Bendahara Seri Maharaja dan
kemampuannya menarik pedagang-pedagang asing untuk datang ke Melaka.
Di sekitar
tahun 1500, Malaka masih berada di puncak kekuasaan dan kegemilangannya. Kota
Melaka menjadi pusat kekaisaran Melayu yang unggul dan juga pusat perdagangan
untuk kain dari India, tembikar dan sutera dari Cina dan rempah ratus dari
kepulauan Melayu, serta pusat aktivitas pengembangan Islam di kepulauan Melayu.
Pada
tanggal 11 September 1509, saat pemerintahan Sultan Mahmud dan Tun Mutahir
sebagai Bendahara, satu angkatan Portugis yang terdiri dari lima buah kapal
besar yang dipimpin oleh Diego Lopez de Sequeira telah mendarat di
pelabuhanMalaka. Kedatangan orang-orang Portugis ini membawa pertanda buruk
karena permulaan dimulainya keruntuhan dan kejatuhan Kesultanan Melayu Melaka.
Politik ekspansi Malaka membawa juga akibat persebaran
agama Islam madzhab Syafi’i di sepanjang pantai barat Malaya, pantai Timur
Malaya serta pedalaman semenanjung Melayu. Raja-Raja di Pantai Timur Sumatera
telah tunduk kepada Malaka mendapat hadiah putri-putri Sultan Malaka. Pemberian
hadiah itu pula dalam rangka politik ekspansi keagamaan.
Proses
Islamisasi yang berjalan baik dan terbentuknya komunitas-komunitas Islam
melahirkan pusat-pusat kekuasaan Islam. Kerajaan Islam pertama di Semenanjung
Malaka adalah Kerajaan Islam Kelantan (pertengahan abad ke-12). Namun sejarah
Kerajaan Kelantan belum terkuak sampai sekarang dikarenakan bukti-bukti yang
kurang mendukung.
Selain
Kelantan terdapat Kerajaan Terengganu yang ditemukan bukti pada batu bersurat yang
ditemukan di Kuala Barang (Terengganu), ditemukan tulisan bahasa Melayu
berhuruf Arab (huruf Jawi) tentang hukum syarak yang wajib dipatuhi oleh rakyat
di Kerajaan Islam Terengganu pada abad ke-8 H (abad ke-14 M) antara lain
menyatakan: “Wajib di atas muslimin patuh kepada undang-undang Tuhan karena ia
adalah perintah-perintah Allah yang berkuasa lagi mulia dan mengeluarkan
hukum-hukum seperti ini wajib diatas sekalian raja-raja Muslimin untuk kebaikan
negeri-negeri mereka.” Terengganu pada abad ke-14 menjadi pusat penyebaran
Islam di pantai timur Semenanjung Malaka dan sampai sekarang disebut “Darul
Iman” (Van Hoeve : 2003).
Persebaran
agama Islam melalui para pedagang kebanyakan dilakukan oleh pedagang islam dari
India, Persia, dan Kambayat yang memeluk agama islam Syafi’i. Sebagai Kerajaan
yang menguasai Malaya, Kerajaan Malaka menjadi pusat pertemuan pelayaran dari
tiga jurusan, yakni dari Tiongkok, Indonesia, dan India (Slamet Muljana : hal.
153).
2.3 Kemerosotan Kerajaan Malaka
Proses kejatuhan
Malaka ialah masuknya bangsa Portugis di Selat Malaka, pada tahun 1509 kapal
Portugis dibawah pimpinan Don Diego Lopez da Squeira berlabuh di Malaka. Kota
Malaka adalah kota dagang internasional, segala kekuatan Malaka dipusatkan di
kota pelabuhan Malaka. Kemakmuran negara Malaka sedikit demi sedikit melemahkan
semangat perjuangan. Karena kehilangan sasaran di luar Malaka,
kekuatan-kekuatan Malaka terpecah belah dalam golongan dan saling berhantam.
Semangat perjuangan yang kehilangan sasaran akhirnya menghancurkan kekuatan
sendiri yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi bahaya dari luar. Semangat
perang telah melempem diganti dengan semangat dagang. Latihan perang telah
berganti dengan latihan mencari uang.
Seperti
yang telah disinggung diatas, Malaka menjadi pusatpermusuhan antargolongan.
Tiap-tiap golongan mengajukan calonnya dan mendesak supaya calonnya diterima.
Permusuhan antar golongan pasti melemahkan pemerintahan. Para bangsawan
terpecah belah dan membentuk kelompoknya masin-masing yang harus menyokong
gerakannya untuk meruntuhkan lawan-lawannya. Untuk mengumpulkan orang-orang
yang terpecah belah Malaka membutuhkan pemimpin yang kuat. Tetapi pada waktu
itu Malaka tidak ada orang kuat yang sanggup memadukan tenaga-tenaga itu. Dari
faktor Intern terdapat faktor Ekstern antara lain;
2.3.1 Serangan dari Jawa
Sejak tahun 1509
Yat Sun alias Adipati Unus putra sulung Jin Bun alias Raden Patah telah bersiap
menyerang Malaka dan mengincar pelabuhan Malaka. Di kota Malaka banyak menetap
pedagang-pedagang Jawa mereka dihubungi untuk dijadikan mata-mata. Adipati Unus
memimpin langsung armada Demak tahun 1512. Armada yang sudah datang itu
dihujani peluru dari benteng-benteng portugis, serangan ini gagal.
2.3.2 Perebutan Pengaruh Perdagangan di Selat Malaka
Letak Malaka
memang sangat menguntungkan bagi lalu lintas dagang mealaui Selat sebagai
satu-satunya jalan yang ditempuh abad 14 dan abad ke 15. Dengan sendirinya
Malaka menjadi kota dagang yang sangat ramai menjadi pusat pertemuan para
pedagang dari tiga jurusan. Akibatnya gangguan dari luar yang bercita-cita
menguasai Malaka semakin banyak, ditambah gejolak yang terjadi di Kerajaan
Malaka akibat mulai memudarnya semanagat menaklukkan daerah lain dengan kata
lain politik ekspansi masa Tun Perak telah hilang dikarenakan kurangnya
kaderisasi pemimpin sepeninggal Tun Perak.
3.1
KESIMPULAN
Kerajaan Malaka
terletak di Semenanjung Barat Malaya yang merupakan posisi strategis dalam
perdagangan kuno masa itu sebab menghubungkan perdagangan antara dunia barat
dengan dunia timur yang melalui Selat Malaka. Masa keemasan Malaka masa Sultan
Alauddin Riayat Syah dimana Malaka menerapkan politik ekspansi yang berhasil
menguasai sepenuhya jalur perdagangan di Selat Malaka dengan menaklukkan
kota-kota pelabuhan. Selat Malaka adalah satu-satunya jalur lalu lintas
perdagangan dari India, Indonesia, dan China. Akibat posisi yang menguntungkan
timbul adanya rasa dari bangsa luar ingin menaklukkan Malaka untuk dijadikan
wilayah bawahannya.
3.2
SARAN
Berpijak pada penulisan Makalah ini kami dari kelompok 6
sebagai tim penulis memohon saran dari dosen Pengampu Mata Kuliah Sejarah Asia
Tenggara I untuk menyempurnakan dalam penulisan Makalah yang berjudul Malaysia
Kuno. Kritik yang membangun penulis
harapkan guna untuk menambahkan penjelasan materi.
DAFTAR PUSTAKA
Muljana,
Slamet., Prof., Dr. 2005. Runtuhnya
Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara. Yogyakarta
: LKiS.
Hall,
DGE.
2007. Sejarah Asia Tenggara. Surabaya : Usaha Nasional.
Hoeve,
Van. 2003. Ensiklopedi Islam. Jakarta
: PT Ichtiar Baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar