Selasa, 16 April 2013

Kerajaan Malaka dan Pengaruhnya di Semenanjung Malaya.

 
2.1     Posisi dan Letak Kerajaan Malaka
          Kerajaan Malaka terletak di Semenanjung Barat Malaya yang merupakan posisi strategis dalam perdagangan kuno masa itu sebab menghubungkan perdagangan antara dunia barat dengan dunia timur yang melalui Selat Malaka. Akibat proses perdagangan itu Malaka menjadi kota pelabuhan teramai abad 15. Selat Malaka merupakan lalu lintas perdagangan terpadat masa itu. Letak Pelabuhan Malaka memang sangat strategis dan sangat baik. Kapal dagang yang berlayar dari Laut selatan Cina bisa dibelokkan ke pelabuhan yang aman tenteram. Sebab Malaka memberikan jaminan keamanan kepada saudagar yang datang. Hal ini dipengaruhi pelayaran abad 15-16 masih tergantung pada angin laut. Sambil menunggu datangnya angin para pedagang mendapat kesempatan untuk membeli barang-barang yang datang dari Tiongkok, India, dan Indonesia terutama rempah-rempah dari Indonesia Timur.    
          Yang membangun pelabuhan Malaka ialah Parameswara seorang Raja pelarian dari Tumasik (Singapura), Raja Parameswara menyingkir ke Muar dan bersembunyi di  Malaka yang pada saat itu masih merupakan desa kecil di pantai Barat Semenanjung Malaya dan menjadi sarang perompak, lanun, dan nelayan. Alasan Parameswara menyingkir ke Malaka dikarenakan ketakutan akan serangan balasan Raja Pahang yang datang ke Tumasik dengan armadanya untuk membalaskan kematian saudaranya yang dibunuh Parameswara (Slamet Muljana : 141). Masa ini Islam telah memberikan pengaruhnya secara langsung bukti historisnya menurut berita dari Marco Polo tahun 1292 dalam perjalanannya pulang ke Cina mengujungi Sumatera. Ferlec pelabuhan pertama yang dikunjungi, Menurut Marco, daerah Perlak banyak dikunjungi oleh pedagang muslim sehingga mereka merubah keyakinan penduduk asli dari proses jalur perdagangan, pendidikan, perkawinan, dan tasawuh.    

2.2  Perkembangan Islam dan Pengaruhnya Terhadap Kerajaan – Kerajaan di Semenanjung Malaya

              Perkembangan Islam di Malaka bermula tahun  1403 seluruh Tiongkok dikuasai oleh Kaisar Yung-Lo dari  Dinasti Ming. Sejak Yung-Lo berkuasa, ia mulai menentramkan keadaan, memulihkan kesejahteraan rakyat dan hubungan antara Tiongkok dengan negara-negara asing. Kaisar Yung-Lo alias Ch’eng Tsu, berusaha memperbaiki hubungan dagang dan hubungan politik Luar Negeri. Maka diutuslah Cheng Ho alias Sam Po Bo diserahi pelaksanaan pemulihan hubungan ke Asia Tenggara dan Asia Barat. Utusan pertama dipimpin Laksamana Ying Ching yang singgah di Malaka, Parameswara menggunakan kesempatan yang datang mendadak itu. Dia menemui Yin Ching minta supaya diakui oleh kaisar Tiongkok sebagai penguasa pantai Malaka.
              Akibat pengakuan itu, ia akan memperoleh perlindungan dan bantuan dari Tiongkok, jika Malaka pada suatu saat diserang oleh tentara Siam. Parameswara memelihara hubungan sedekat mungkin dengan Cina tahun 1409, armada Tiongkok dibawah pimpinan disertai Tionghoa Islam sebagai juru bahasa bernama Ma Huan berkunjung ke Asia Tenggara. Dalam kunjungan ke Asia Tenggara itu Cheng Ho singgah di pelabuhan Malaka untuk menunjukkan kepada Siam bahwa Tiongkok bersahabat dengan Malaka. Cheng Ho menghadiahkan tanah genting Kra kepada Raja Parameswara untuk dijadikan istana. Akibat saling eratnya hubungan Malaka dengan Tiongkok tentara Siam tidak berani lagi masuk di Malaka.
              Setelah Parameswara memeluk agama Islam madzhab Syafi’i banyak rakyat Malaka yang ikut masuk Islam. Malaka menjadi Kesultanan Islam, negara Islam pertama di Malaysia dan Kota Malaka menjadi kota dagang Islam di Asia Tenggara. Perluasan Malaka berjalan dengan cepat, posisinya yang strategis lebih menguntungkan daripada Palembang atau Jambi untuk mengawasi pelayaran melalui selat Malaka. Dengan kata lain, Malaka menjadi pusat perdagangan sedang pelabuhan-pelabuhan Sumatera hanyalah tempat expor merica. Adapun Penjelasan Raja-Raja secara singkat yang pernah memerintah Malaka antara lain:

1.      Parameswara (Megat Iskandar Syah) 1402-1424
      Megat Iskandar Syah yang menurut Tome Pires masuk Islam usia 72 tahun meninggal tahun 1424. Masa pemerintahannya diwarnai dengan diakuinya Malaka sebagai negara yang bersahabat dengan Tiongkok. Dia memelihara hubungan dengan Tioongkok, tahun 1409 sebagai tindak lanjut dari persahabatan ini Kaisar Yung-Lo mengirim utusannya bernama Cheng-Ho untuk singgah di Malaka dan memberikan tanah genting Kra kepada Malaka. Selain itu perkembangan Islam aliran Syafi’i berkembang luas di Malaka sebagai akibat perkawinan Parameswara dengan Putri Pasai.  
2.      Sultan Muhammad Syah (Sri Maharaja) 1424-1444
      Pada tahun 1424, setelah meninggalnya Sultan Megat Iskandar Syah, putranya Sri Maharaja, telah diangkat sebagai pemerintah  Malaka. Pada tahun yang sama, Raja dan permaisurinya melakukan kunjungan pertama mereka ke Cina untuk tujuan memberitahu Kaisar Cina atas meninggalnya ayahnya dan juga pengangkatan beliau sebagai Sultan. Pada tahun 1433, Raja bersama permaisuri, putra-putri dan adikya bernama Radin Bala beserta rombongan raja sebanyak 228 orang berangkat ke Cina mengikuti angkatan laut Cheng Ho.
3.      Sri Parameswara Dewa Syah 1444-1446
      Pada pemerintahan Sri Parameswara Dewa Syah hanya memerintah selama 2 tahun akibat menghadapi tantangan golongan Tamil Islam dibawah pimpinan Tun Ali. Ia berhasil dibunuh oleh Raja Kassim yang dicalonkan sebagai Sultan Malaka oleh golongan Tamil Islam.
4.      Sultan Mudzaffar Syah (Raja Kassim) 1446-1459
      Masa pemerintahan Mudzaffar Syah timbul orangl-orang kuat di Malaka yang bernama Tun Perak. Setelah Tun Perak berhasil memukul mundur pasukan Siam di Muar Tun Perak diangkat menjadi pejabat politik pemerintahan.
5.      Sultan Mansur Syah 1459-1477
      Masa pemerintahan Mansur Syah, Tun Perak merencanakan penyerbuan ke Pahang. Pahang yang terletak disebelah utara Malaka menghadap ke pantai timur dijadikan perisai dalam menghadapi serangan tentara Siam. Ditinjau dari Segi ekonomi, Pahang adalah daerah kaya raya terutama timah dan emas. Hal ini sangat dibutuhkan kesultanan Malaka untuk pembiayaan tentara untuk tujuan politik ekspansi. Tun Perak lebih banyak memusatkan perhatian pada penguasaan Selat Malaka sebagai jalan lalu lintas perdagangan daripada penyatuan Malaya. Oleh karena itu, perhatiannya ditumpahkan pada penundukan kota-kota pelabuhan di sepanjang Selat Malaka. Jika kota pelabuhan ini berhasil ditaklukkan Malaka akan menguasai sepenuhnya Selat Malaka dengan lalu lintas perdagangannya.   
6.      Sultan Alauddin Riayat Syah 1477-1488
      Masa Alauddin Riayat Syah, sepeninggal Tun Perak tahun 1498 yakni Tan Putih dan Tan Mutahir. Lalu Tun Putih sebagai bendahara berhasil menundukkan, Manjong, Beruas, dan Kelantan di bawah kekuasaan Malaka. Kemudian sepeninggal Tun Putih, bendahara Mutahir menundukkan Patani dan Kedah. Masa pemerintahan Sultan Aluddin Riayat Syah, Malaya dipersatukan dibawah pemerintahan Malaka dan Selat Malaka dikuasai sepenuhnya. Zaman ini merupakan puncak kegemilangan Malaka.
7.      Sultan Mahmud Syah  1488-1528
     Kota Malaka semakin berkembang dengan kedatangan pedagang-pedagang asing setelah pengangkatan Tun Mutahir. Ini adalah karena kebijaksanaan dan kelancaran administrasi Bendahara Seri Maharaja dan kemampuannya menarik pedagang-pedagang asing untuk datang ke Melaka.
                 Di sekitar tahun 1500, Malaka masih berada di puncak kekuasaan dan kegemilangannya. Kota Melaka menjadi pusat kekaisaran Melayu yang unggul dan juga pusat perdagangan untuk kain dari India, tembikar dan sutera dari Cina dan rempah ratus dari kepulauan Melayu, serta pusat aktivitas pengembangan Islam di kepulauan Melayu.
                 Pada tanggal 11 September 1509, saat pemerintahan Sultan Mahmud dan Tun Mutahir sebagai Bendahara, satu angkatan Portugis yang terdiri dari lima buah kapal besar yang dipimpin oleh Diego Lopez de Sequeira telah mendarat di pelabuhanMalaka. Kedatangan orang-orang Portugis ini membawa pertanda buruk karena permulaan dimulainya keruntuhan dan kejatuhan Kesultanan Melayu Melaka.


             Politik ekspansi Malaka membawa juga akibat persebaran agama Islam madzhab Syafi’i di sepanjang pantai barat Malaya, pantai Timur Malaya serta pedalaman semenanjung Melayu. Raja-Raja di Pantai Timur Sumatera telah tunduk kepada Malaka mendapat hadiah putri-putri Sultan Malaka. Pemberian hadiah itu pula dalam rangka politik ekspansi keagamaan.
       Proses Islamisasi yang berjalan baik dan terbentuknya komunitas-komunitas Islam melahirkan pusat-pusat kekuasaan Islam. Kerajaan Islam pertama di Semenanjung Malaka adalah Kerajaan Islam Kelantan (pertengahan abad ke-12). Namun sejarah Kerajaan Kelantan belum terkuak sampai sekarang dikarenakan bukti-bukti yang kurang mendukung.  
       Selain Kelantan terdapat Kerajaan Terengganu yang ditemukan bukti pada batu bersurat yang ditemukan di Kuala Barang (Terengganu), ditemukan tulisan bahasa Melayu berhuruf Arab (huruf Jawi) tentang hukum syarak yang wajib dipatuhi oleh rakyat di Kerajaan Islam Terengganu pada abad ke-8 H (abad ke-14 M) antara lain menyatakan: “Wajib di atas muslimin patuh kepada undang-undang Tuhan karena ia adalah perintah-perintah Allah yang berkuasa lagi mulia dan mengeluarkan hukum-hukum seperti ini wajib diatas sekalian raja-raja Muslimin untuk kebaikan negeri-negeri mereka.” Terengganu pada abad ke-14 menjadi pusat penyebaran Islam di pantai timur Semenanjung Malaka dan sampai sekarang disebut “Darul Iman” (Van Hoeve : 2003).
       Persebaran agama Islam melalui para pedagang kebanyakan dilakukan oleh pedagang islam dari India, Persia, dan Kambayat yang memeluk agama islam Syafi’i. Sebagai Kerajaan yang menguasai Malaya, Kerajaan Malaka menjadi pusat pertemuan pelayaran dari tiga jurusan, yakni dari Tiongkok, Indonesia, dan India (Slamet Muljana : hal. 153).



2.3     Kemerosotan Kerajaan Malaka
          Proses kejatuhan Malaka ialah masuknya bangsa Portugis di Selat Malaka, pada tahun 1509 kapal Portugis dibawah pimpinan Don Diego Lopez da Squeira berlabuh di Malaka. Kota Malaka adalah kota dagang internasional, segala kekuatan Malaka dipusatkan di kota pelabuhan Malaka. Kemakmuran negara Malaka sedikit demi sedikit melemahkan semangat perjuangan. Karena kehilangan sasaran di luar Malaka, kekuatan-kekuatan Malaka terpecah belah dalam golongan dan saling berhantam. Semangat perjuangan yang kehilangan sasaran akhirnya menghancurkan kekuatan sendiri yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi bahaya dari luar. Semangat perang telah melempem diganti dengan semangat dagang. Latihan perang telah berganti dengan latihan mencari uang.
          Seperti yang telah disinggung diatas, Malaka menjadi pusatpermusuhan antargolongan. Tiap-tiap golongan mengajukan calonnya dan mendesak supaya calonnya diterima. Permusuhan antar golongan pasti melemahkan pemerintahan. Para bangsawan terpecah belah dan membentuk kelompoknya masin-masing yang harus menyokong gerakannya untuk meruntuhkan lawan-lawannya. Untuk mengumpulkan orang-orang yang terpecah belah Malaka membutuhkan pemimpin yang kuat. Tetapi pada waktu itu Malaka tidak ada orang kuat yang sanggup memadukan tenaga-tenaga itu. Dari faktor Intern terdapat faktor Ekstern antara lain;
 2.3.1 Serangan dari Jawa
          Sejak tahun 1509 Yat Sun alias Adipati Unus putra sulung Jin Bun alias Raden Patah telah bersiap menyerang Malaka dan mengincar pelabuhan Malaka. Di kota Malaka banyak menetap pedagang-pedagang Jawa mereka dihubungi untuk dijadikan mata-mata. Adipati Unus memimpin langsung armada Demak tahun 1512. Armada yang sudah datang itu dihujani peluru dari benteng-benteng portugis, serangan ini gagal.

2.3.2  Perebutan Pengaruh Perdagangan di Selat Malaka
          Letak Malaka memang sangat menguntungkan bagi lalu lintas dagang mealaui Selat sebagai satu-satunya jalan yang ditempuh abad 14 dan abad ke 15. Dengan sendirinya Malaka menjadi kota dagang yang sangat ramai menjadi pusat pertemuan para pedagang dari tiga jurusan. Akibatnya gangguan dari luar yang bercita-cita menguasai Malaka semakin banyak, ditambah gejolak yang terjadi di Kerajaan Malaka akibat mulai memudarnya semanagat menaklukkan daerah lain dengan kata lain politik ekspansi masa Tun Perak telah hilang dikarenakan kurangnya kaderisasi pemimpin sepeninggal Tun Perak.
               
3.1    KESIMPULAN
       Kerajaan Malaka terletak di Semenanjung Barat Malaya yang merupakan posisi strategis dalam perdagangan kuno masa itu sebab menghubungkan perdagangan antara dunia barat dengan dunia timur yang melalui Selat Malaka. Masa keemasan Malaka masa Sultan Alauddin Riayat Syah dimana Malaka menerapkan politik ekspansi yang berhasil menguasai sepenuhya jalur perdagangan di Selat Malaka dengan menaklukkan kota-kota pelabuhan. Selat Malaka adalah satu-satunya jalur lalu lintas perdagangan dari India, Indonesia, dan China. Akibat posisi yang menguntungkan timbul adanya rasa dari bangsa luar ingin menaklukkan Malaka untuk dijadikan wilayah bawahannya.

3.2    SARAN
Berpijak pada penulisan Makalah ini kami dari kelompok 6 sebagai tim penulis memohon saran dari dosen Pengampu Mata Kuliah Sejarah Asia Tenggara I untuk menyempurnakan dalam penulisan Makalah yang berjudul Malaysia Kuno. Kritik yang membangun  penulis harapkan guna untuk menambahkan penjelasan materi.

DAFTAR PUSTAKA
Muljana, Slamet., Prof., Dr. 2005. Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara. Yogyakarta : LKiS.
Hall, DGE. 2007. Sejarah Asia Tenggara. Surabaya : Usaha Nasional.
Hoeve, Van. 2003. Ensiklopedi Islam. Jakarta : PT Ichtiar Baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar