Selasa, 16 April 2013

Pengertian Evaaluas, Penilaian, Pengukuran


2.1  Pengertian Penilaian
       Suharsimi Arikunto (2001: 9-11) mengemukakan bahwa penilaian dilakukan bertujuan 1) merangsang aktivitas siswa; 2) menemukan penyebab kemajuan atau kegagalan siswa, guru, maupun proses pembelajaran itu sendiri; 3) memberi atau perkembangan siswa kepada orang tua dan lembaga pendidikan terkait; dan 5) sebagai feed back program atau kurikulum pendidikan yang sedang berlaku. Mengingat pentingnya tujuan penilaian dilakukan, maka seorang guru diharapkan senantiasa melakukan penilaian dengan berbagai model yang variatif, sehingga siswa sebagai sasaran penilaian merasakan manfaat dan kebermaknaan dari semua penilaian tersebut.
       Mendukung Teori Bloom (1956), Hasan (2005: 225) menganggap perlu melakukan penilaian pembelajaran sejarah atas tiga ranah atau domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir manusia yang terdiri dari 6 jenjang yakni; pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesisi, dan evaluasi. Ranah Afektif berhubungan dengan pengembangan sikap dan kepribadian yang terdiri atas 5 jenjang yakni: penerimaan, penanggapan, penghargaan, pengorganisasian, dan penjatidirian. Ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan motorik yang dikendalikan oleh kematangan psikologis. Jenjang dari ranah psikomotorik ini adalah persepsi, kesiapan, penanggapan terpimpin, mekanistik, penanggapan yang bersifat kompleks, adaptasi, dan originalitas.1
       Dengan demikian, keberhasilan proses pembelajaran, dapat ditunjukkan dengan hasil pembelajaran. Hasil belajar yang dimaksud adalah terjadinya perubahan dan perbedaan dalam cara berpikir, merasakan, dan kemampuan untuk bertindak serta mendapat pengalaman dalam proses pembelajaran. Menurut Kishner (2005), sistem penilaian mempengaruhi pola dan cara belajar siswa. Oleh karena itu, sistem penilaian harus direncanakan dengan matang oleh guru. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Fiske (2005) yang mengatakan bahwa penilaian seperti halnya tes akhir sekolah sangat penting keberadaannya karena pada akhirnya dapat digunakan sebagai alat ukur utama keberhasilan sebuah kebijakan di sektor pendidikan.2                           
 

1.         Aman, Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah, Ombak, Yogyakarta, 2011, hal 75.
2.         Aman, Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah, Ombak, Yogyakarta, 2011, hal 75-76.

2.2  Pengertian Pengukuran
       Pengukuran (measurement), didefinisikan oleh Allen & Yen sebagai penetapan angka secara sistematik untuk menyatakan keadaan individu. Pengukuran merupakan kuantifikasi tentang keadaan individu baik berupa kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor. Konsep pengukuran lebih luas ketimbang konsep tes. Untuk mengukur suatu karakteristik individu, dapat tanpa menggunakan tes, misalnya melaui pengamatan, rating scale, atau cara lain untuk mendapatkan informasi dalam bentuk kuantitatif. Jadi tes adalah suatu metode untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang secara tidak langsung yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan (Djemari Mardapi, 1999: 2). Sementara testing adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mengukur penguasaan materi. Dengan demikian tes merupakan bagian dari evaluasi.
       Proses pembelajaran merupakan proses yang terpenting karena dari sinilah terjadi interaksi langsung antara pendidik dan peserta didik. Di sini pula campur tangan langsung antar pendidik dan peserta didik berlangsung sehingga dapat dipastikan bahwa hasil pendidikan sangat tergantung dari perilaku pendidik dan peserta didik. Dengan demikian dapat diyakini bahwa perubahan hanya akan terjadi perubahan jika terjadi perubahan perubahan perilaku pendidik dan peserta didik. Dengan demikian posisi pengajar dan peserta didik memiliki posisi strategis dalam meningkatkan kualitas pembelajaran (Surakhmad, 2000: 31).
       Nana Sudjana (2002: 42) dalam penelitiannya menyampaikan penemuannya bahwa 76.6 % hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kinerja guru, dengan rincian: kompetensi guru mengajar memberikan sumbangan 32.43 %, penguasaan materi pelajaran memberikan sumbangan 32.38 % dan sikap guru terhadap mata pelajaran memberikan sumbangan 8.60 %. Berdasarkan data tersebut, kinerja guru merupakan faktor utama untuk mencapai keberhasilan program pembelajaran. Sedangkan 23.4 % dipengaruhi oleh faktor lain seperti sikap dan motivasi siswa, media, lingkungan belajar,dsb.1
 
1.      Aman, Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah, Ombak, Yogyakarta, 2011, hal 87.


2.3    Pengertian Evaluasi
       Menurut Croncbach dan Stufflebeam evaluasi program merupakan upaya menyediakan informasi untuk disampaikan pada pengambil keputusan. Dalam bidang pendidikan, Tyler mengemukakan bahwa evaluasi program merupakan proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan dapat terealisasikan (Suharsimi Arikunto, 2004: 4). Dengan demikian evaluasi pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara cermat untuk mengetahui efektifitas masing-masing komponennya.
       Secara teoritis evaluasi adalah suatu usaha sistemik dan sistematik untuk mengumpulkan, menyusun dan mengolah data, fakta dan informasi dengan tujuan menyimpulkan nilai, makna, kegunaan, prestasi dari suatu program, dan hasil kesimpulantersebut dapat digunakan dalam rangka pengambilan keputusan, perencanaan, maupun perbaikan dari suatu program. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan proses menghimpun informasi secara sistematis melalui pengukuran, penilaian, dan diakhiri dengan evaluasi. Penilaian dimaksudkan sebagai proses menafsirkan data hasil pengukuran. Oleh karena itu, evaluasi merupakan suatu proses yang kompleks dan terus menerus untuk menemukan manfaat suatu kegiatan sebagai pertimbangan dalam menetapkan suatu keputusan akhir.
       Evaluasi pelaksanaan pembelajaran merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi tentang hasil pembelajaran. Dengan demikian fokus evaluasi pembelajaran adalah pada hasil, baik yang berupa proses maupun produk. Informasi hasil pembelajaran ini kemudian dibandingkan dengan hasil pembelajaran yang telah ditetapkan. Jika hasil nyata pembelajaran tidak sesuai dengan hasil kurang efektif. Pendidik menggunakan berbagai alat evaluasi sesuai karakteristik kompetensi yang harus dicapai oleh siswa (Aman, 2011: 83).
       Maurice Stringer (Widyoko,2007:90), dengan judul ‘Students evaluations of teaching effectiveness: A structural modelling approach. Penelitiannya mengajukan tesis bahwa kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh karakteristik guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Sumbangan efektif karakteristik siswa (IQ, Motivasi, dan Sikap) terhadap hasil pembelajaran sebesar 28 persen. Sedangkan karakteristik guru (tingkat pendidikan, pengalaman mengajar, kompetensi, sikap, dan motivasi kerja) memiliki sumbangan efektif sebesar 18 % dan kualitas pembelajaran sebesar 42 % terhadap hasil belajar siswa.
       Berdasarkan berbagai temuan pokok penelitian di atas, maka pengembangan model evaluasi pembelajaran sejarah lebih komprehensif. Komprehensif dimaksudkan bahwa evaluasi yang dilakukan memiliki cakupan yang lebih luas, tidak hanya terbatas pada hasil belajar siswa saja, melainkan juga mencakup input dan proses pembelajaran.



1.      Aman, Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah, Ombak, Yogyakarta, 2011, hal 93-94.

2.4  Makna dan Diagram Penilaian dalam Pendidikan
a.    Makna Bagi Siswa
       dengan diadakannya penilaian, maka siswa dapat mengetahui sejauh mana    telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Hasil yang diperoleh siswa dari pekerjaan menilai ini ada 2 kemungkinan:
1)      Memuaskan
Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan dan menyenangkan. Akibatnya siswa akan mempunyai motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih giat agar mendapat hasil yang memuaskan lagi.
2)      Tidak Memuaskan
Jika siswa tidak puasdengan hasil yang yang diperoleh ia akan berusaha agar lain kali tidak terulang kembali. Maka ia akan lebih giat belajar lagi.

a.         Makna Bagi Guru
1)      Guru akan mengetahui siswa mana yang bisa melanjutkan pelajarannya karena berhasil menguasai materi.
2)      Guru mengetahui materi apakah yang diajarkan sudah tepat bagi siswa sehingga untuk memberikan pengajaran diwaktu yang akan datang.
3)      Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan apakah sudah tepat.

b.        Makna Bagi Sekolah
1)      Apakah guru mengadakan penilaian diketahui bagaimana hasil belajar siswa-siswanya.
2)      Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah menjadi bahan bagi perencanaan sekolah.
3)      Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun.



Diagram dalam Pendidikan
Jika digambarkan dalam bentuk diagram akan terlihat sebagai berikut;
·          Input
Input adalah bahan mentah yang dimaksudkan ke dalam transformasi. Maksudnya bahan mentah adalah calon siswa yang baru akan memasuki sekolah. Sebelum memasuki sutu sekolah, calon siswa itu dinilai kemampuannya.
·          Output
Output atau keluaran adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi. Yang dimaksud dalam pembicaraan ini adalah siswa lulusan sekolah yang bersangkutan, untuk menentukan apakah seorang siswa berhak lulus atau tidak perlu diadakan kegiatan penilaian.
·          Transformasi
Tansformasi dalam pembelajaran diartikan sebagai proses pergantian atau perubahan bentuk. Contoh; siswa yang sedang belajar diumpamakan sesuatu yang dimasukkan ke dalam pemrosesan untuk diubah dari belum tahu agar menjadi sudah tahu. Dalam proses transformasi, selain siswa sebagai bahan yang diolah, masih ada 2 masukan lain. Yang pertama berfungsi membantu atau memperlancar terjadinya proses sedangkan kedua, berupa lingkungan yang berpengaruh terjadinya proses. Agar proses transformasi dapat berperan aktif memperbaiki mutu pendidikan, mari kita cermati;
a.       Siswa diubah dalam proses dari mentah menjadi matang, disebut masukan mentah.
b.      Masukan pendukung terjadinya proses ini disebut masukan instrumental. Faktor-faktor yang termasuk dalam masukan instrumental ada 4 yaitu; guru, materi, sarana pendidikan, dan pengelolaan.
c.       Masukan lain adalah lingkungan, baik berupa benda, alam, maupun manusia.

2.5  Tujuan atau Fungsi dan ciri-ciri Penilaian
       Dengan mengetahui makna penilaian ditinjau dari berbagai segi dalam sistem pendidikan, maka dari itu terdapat beberapa tujuan atau fungsi penilaian yaitu;
a.       Penilaian Berfungsi Selektif
Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai berbagai tujuan antara lain, memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu, memilih siswa yang dapat naik kelas, memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa, memilih siswa yang berhak meninggalkan sekolah.
b.      Penilaian Berfungsi Diagnostik
Dengan mengadakan penilaian, sebenarnya guru melakukan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, akan mudah mencari cara untuk mengatasinya. 
c.       Penilaian Berfungsi sebagai Penempatan
Sebagai alasan dari timbulnya sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap kemampuan individual, setiap siswa sejak lahir telah membawa bakat sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian. 
d.      Penilaian Berfungsi sebagai Pengukur Keberhasilan
Fungsi keempat dari penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem administrasi.

Ciri – Ciri Penilaian dalam Pendidikan
1.        Ciri pertama yaitu bahwa penilaian dilakukan secara tidak langsung. Dalm contoh ini, akan mengukur kepandaian melaui ukuran kemampuan menyelesaikan soal-soal.
2.        Ciri Kedua yaitu penggunaan ukuran kuantitatif. Penilaian pendidikan bersifat kuantitatif artinya menggunakan simbol bilangan sebagai hasil pertama pengukuran.
3.        Ciri Ketiga dari penilaian, yaitu bahwa penilaian pendidikan menggunakan, unit-unit atau satuan yang tetap.
4.        Ciri Keempat dari penilaian pendidikan adalah bersifat relatif, artinya tidak sama atau tidak selalu tetapdari waktu ke waktu yang lain
5.        Ciri Kelima dalam penilaian pendidikan adalah penilaian pendidikan itu sering terjadi kesalahan-kesalahan dari faktor; terletak pada alat ukurnya, terletak pada orang yang melakukan penilaian, terletak pada anak yang dinilai, terletak pada situasi di mana penilaian berlangsung.

BAB 3. PENUTUP

3.1  Kesimpulan
       Dengan demikian mengevaluasi keberhasilan program pembelajaran sejarah tidak cukup hanya berdasarkan penilaian hasil belajar siswa yang terbatas pada aspek akademik saja, melainkan menjangkau penilaian hasil belajar yang lain yaitu kesadaran sejarah dan nasionalisme. Evaluasi program pembelajaran sejarah yang didasarkan pada penilaian hasil belajar berupa kecakapan akademik saja merupakan kelemahan evaluasi program pembelajaran sejarah selama ini. Untuk lebih mengoptimalkan evaluasi program pembelajaran sejarah SMA maka perlu diadakan secara komprehensif tidak hanya terfokus pada aspek output pembelajaran semata, melainkan menyentuh ranah pembelajaran sejarah. Output pembelajaran tidak hanya terfokus pada penilaian keterampilan akademis tetapi menyangkut penilaian terhadap kesadaran sejarah dan nasionalisme. Sejarah merupakan bidang studi yang mempersiapkan peserta didik yang memiliki kesadaran sejarah dan nasionalisme sebagai pendukung character and nation building (Aman, 2011: 76-77).

3.2  Saran
       Berpijak pada penulisan Makalah ini saya sebagai penulis memohon saran dari Dosen Pengampu Mata Kuliah Evaluasi Hasil Belajar Bidang Studi untuk menyempurnakan dalam penulisan Makalah yang berjudul ‘Bab 1 Pendahuluan, Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi’. Dalam penulisan Makalah ini Penulis menggunakan sumber-sumber sekunder, yaitu bahan-bahan literatur. Kritik yang membangun Penulis harapkan guna untuk menambahkan penjelasan materi.


DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1986. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Aman, Dr.M.Pd. 2011. Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar